Sun 15 Oct 2006
Hari ini rasanya sungguh aneh. Yulia merasa dikelilingi oleh berbagai kejadian yang mirip antara satu dengan yang lainnya. Yulia teringat kejadian kemarin waktu dia pergi ke sebuah mal. Ketika sedang turun melalui tangga berjalan, di hadapannya terdapat seorang ibu dan anak perempuannya yang masih kecil. Ibu itu berdiri di depan, anaknya di belakang bersama seorang babysitter. Anak ini memegang kantong makanan ringan yang sudah dibuka di tangan kirinya. Agak kerepotan juga karena lengan kirinya dipegangi sang babysiter. Tangan kanannya berusaha memegangi kantong makanan ringan tersebut.
Ibunya kemudian menoleh ke belakang dan berkata:”Sini kantong makanannya, ibu bawakan. Biar tidak repot.” Anak itu ragu-ragu sejenak. Tapi setelah berpikir sebentar, dia mengulurkan tangannya sambil berkata:”Jangan dimakan!”. “Nggak”, kata ibunya. Anak itu percaya perkataan ibunya dan menyerahkan kantong makanannya. Tapi Yulia kaget ketika melihat sang ibu langsung mengambil dan memakannya. Anak kecil itu berteriak:”Jangan dimakan!”. Si ibu hanya tertawa.
Sesampainya di bawah, anak kecil tadi merebut kembali kantong makanan dari tangan ibunya sambil marah-marah. Yang membuat Yulia sedih, Yulia melihat ekspresi kekecewaan dalam diri anak tersebut. Janji ibunya yang dipercayainya, ternyata tidak ditepati.
Mungkin bagi sang ibu, kejadian itu dianggap lucu. Tapi bagi si anak, hatinya luka dan kecewa. Apa arti sebuah janji kalau tidak bisa dipercaya? Kalau lain kali ibunya berjanji seperti itu lagi, apakah anaknya bisa percaya?
Ingkar janji
Yulia teringat ketika dia dulu masih kecil. Kebetulan Yulia senang ilmu bela diri. Yulia memiliki seorang paman yang sangat baik. Suatu kali pamannya ini membicarakan ilmu bela diri Yulia. Pamannya kemudian ingin mengukur kekuatan pukulan Yulia. Beliau meminta agar
Yulia memukul lututnya. Yulia menolak karena tidak ingin menyakiti lutut pamannya. Tapi pamannya meyakinkannya bahwa beliau tidak akan sakit.
Dari bimbang, akhirnya Yulia percaya penuh pada pamannya. Dia pun mengepalkan tinjunya yang kecil dan memukul lutut pamannya dengan keras. Tepat pada saat tinjunya hampir mengenai lutut sang paman, beliau menggerakkan lututnya dan menghindar. Kepalan tangan Yulia membentur pinggiran kursi yang terbuat dari kayu. Sakitnya bukan kepalang. Tapi, yang lebih sakit lagi adalah hatinya. Yulia sangat kecewa karena pamannya ternyata menipunya. Dia sudah menaruh kepercayaan penuh pada pamannya, tapi sang paman mengkhianatinya. Tapi pamannya terus tertawa karena menganggap kejadian itu lucu. Sungguh menyakitkan hati.
Rina, rekan kerja di ruang sebelah juga sedang menggerutu. Rina sudah lama berteman dengan Meri. Kemarin Meri pindah rumah. Rina yang sudah pernah merasakan repotnya pindah rumah berniat membantu Meri. Karena itu Rina mengatakan agar Meri tidak perlu khawatir. Rina pasti akan membantunya membereskan barang-barang di rumah barunya. Tapi kemarin Rina sibuk sekali di kantor. Karena itu, sorenya Rina malas ke rumah Meri. Ternyata Meri menelepon dan menanyakan mengapa Rina tidak datang. Meri menagih janji Rina.
Tapi rupanya Rina tidak suka. Memangnya saya berutang pada Meri?
Katanya. Yulia menjawab :”Janji adalah utang.”
Ferdi tadi menelepon. Dulu Ferdi bekerja di kantor tempat Yulia bekerja. Sudah dua tahun dia di sana. Kemudian dia pindah bekerja di perusahaan lain. Baru dua minggu dia bekerja di perusahaan yang baru itu. Ketika akan masuk kerja, dia dijanjikan mobil dan jabatan yang tinggi. Tentu saja Ferdi senang sekali bekerja di perusahaan tersebut.
Tapi ternyata fasilitas yang sudah dijanjikan tidak sesuai. Tak ada mobil. Ketika Ferdi menagih ke atasannya sesuai janjinya, malah beliau tersinggung. Katanya, dia kan tidak berutang apa-apa? Lagipula belum kelihatan hasil kerjanya kok minta mobil. Kalau ternyata perusahaan berat memberikan mobil, mengapa dulu begitu mudah mengucapkan janji? Bukankah janji adalah utang?
Di bagian penjualan, pagi tadi ada pelanggan yang marah-marah karena salah seorang karyawan berjanji akan datang pukul sembilan sambil membawakan formulir pesanan, ternyata hingga dua hari dia tidak muncul. Ada juga yang marah-marah karena bagian penjualan berjanji akan menelepon sepuluh menit lagi, eh ternyata sudah satu jam tidak juga menelepon. Padahal orang tersebut sudah menunggu di samping pesawat telepon.
Hari ini Yulia belajar sesuatu. Sebagian orang sangat meremehkan janji. Padahal janji adalah utang yang harus ditepati. Yulia berniat tidak akan terlalu mudah mengucapkan janji. Dia sadar kadang-kadang janji diucapkan hanya untuk menunjukkan pada orang lain bahwa dia baik. Tapi Yulia diingatkan, bukan janji yang membuat orang kagum pada kita. Tapi menepati janji yang pernah diucapkan jauh lebih berharga. “Janji adalah utang”. Keep your promise!
Janji memang sesuatu yang harus di tepati dan tidak boleh di ingkari karean ada akan memberikan dampak kepada orang yang di janjikan. Tapi bagi saya mengingkari janji tidak selamanya karena ada unsur kesengajaan dan terkadang harus kita maklumi. Ada yang berjanji dan tidak pernah berniat untuk mengingkarinya tapi kkarena situasi dan kondisi yang membuat janji itu bisa teringakari. Saya pernah berjanji sama teman saya kkalau rumah yang dulu saya miliki akan saya berikan sama dia, tapi belum sampai saatnya saya menyerahkan rumah tersebut, Gempa sudah duluan mengambil alih menghancurkan rumah tersebutsampai tak ada satupun batu yang masih berdiri di bangunan tersebut.
Tidak selamanya janji yang teringakari semua buruk atau membawa kekecewaan. Kalau kita berpikir seaht dan kalau kita mau sabar sebenarnya Tuhan selalu mempunyai rencana pada setiap apa yang terjadi dalam hidup kita.
Waktu saya SMA, saya pernah pacaran dan saya sangat percaya sama pcar saya tersebut kalau dia akan setia sama saya sebagaimana yang telah dia janjikan sama saya. Setelah 2 tahun kami pacaran rupanya dia punaya pacara yang lain. Jujur saya sangat sakit hati dan sangat kecewa saat itu tapi tidak pernah terpikir sama saya untuk menyaskiti dia atau berbuat jahat sama dia. Dalam kesedihan saya itu saya merasa hati saya berbicara sama saya kalau adalah jalan untuk mempertemukan saya sama Jodoh saya yang sebenarnya. Baru dari situ saya mulai semangat dan tegar lagi.
Jadi sekarang ini apapun yang saya alami saya yakin Tuhan pasti mempunyai rencana untuk itu.
Terimakasih saya ucapkan bagi orang yang mau meluangkan waktu untuk membaca coment saya ini dan semoga kita selalu hidup damai dalam naungan kasih Kristus.