J


Aku adalah seorang yang sangat menggunakan ‘hati’. Boleh dibilang sangat berperasaan. Kalau terjadi sesuatu yang mengganggu hati ini,aku terlalu sering meluapkannya dalam tangisan. Aneh, suatu kebiasaan yang tidak pernah berubah, meski kadang ingin sekali aku ubah.

Aku ingin menjadi seperti kakakku. Dia sangat tegar. Apapun yang mengganggu hati, jarang sekali masuk ke dalam hati, melainkan hanya menyentuh pikirannya. Ingin sekali ku seperti itu, tidak gampang tersakiti.

Sepertinya, cukup banyak pula seseorang yang ingin menjadi seperti pribadi yang lainnya.

‘aduh, pingin ya kayak Tom Cruise, cakep banget and badannya bagus’

‘aduh, pingin ya kayak Bill Gates, pinter banget’

‘aduh, pingin ya kayak …'(just feel free to fill in the blank)

Keinginan kita untuk menjadi seorang yang lain telah mengaburkan dan membingungkan kita sendiri untuk membangun ‘image’ diri kita sendiri.Terlalu banyak ‘imitasi’ yang kita gunakan. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya kita mau dan inginkan, karena kita tidak berani menjadi diri kita sendiri.

Kita tidak pernah jujur terhadap diri kita sendiri.

Jujur, sebenarnya sangat menyiksa menjadi ‘orang lain’, dan bukannya diri kita sendiri. Kadang kita harus berlaku ‘keras’ terhadap diri ini agar dapat menjadi orang lain. Untung-untung, tidak terjadi ‘kepribadian ganda’. let’s stop this! No more ‘Great Pretender’

Berusaha menjadi seorang yang lain, hanya membuat kita,tidak menjadi yang terbaik dari versi ‘diri sendiri’.

Percayalah,The Best of Ourselves is always good enough for this life!!!!!

Kalau bisa menjadi versi yang terbaik dari diri sendiri, mengapa harus menjadi versi yang ke-dua dari orang lain? (“,)

Share Button

Aku pernah bekerja membagi selebaran di jalan-jalan kota Taipei-Taiwan, jadi aku tahu bagaimana rasanya kalau orang-orang tidak mau mengambil selebaran yang dibagikan.

Kemudian, setiap aku berjalan melewati jalan-jalan dimana ada orang yang membagi selebaran, aku pasti mengambilnya tidak peduli apa isinya, walau akhirnya kertas-kertas itu jatuh ke tong sampah juga.

Beberapa hari yang lalu aku berjalan sendirian melewati seorg bapak tua yang membagi selebaran.. aku mengambil dan mengucapkan xie-xie (terima kasih).

Sepintas aku membaca judul selebaran itu..

JANGAN LUPA PASPOR DAN TIKET PESAWAT ANDA, aku merasa pasti bapak ini penjual tiket pesawat. Ternyata aku keliru, isinya adalah mengenai pemberitaan injil, dimana sering dibawakan pendeta waktu khotbah. Kembali aku teringat pada bapak tua itu, berapa dia dibayar utk membagikan selebaran tsb? Pasti dia tidak dibayar, dia dengan sukarela mau membagi-bagikan kabar sukacita dan bekerja untuk Kristus. Dia berdiri di jalan tsb berjam-jam, berapa orang yang mengambil dan membaca selebaran itu dan berapa orang yang
percaya? Cuma Tuhan yang tahu.. Aku begitu salut sekali kepada bapak tua itu, maka kemudian aku menterjemahkan selebaran ini dan membagikan kepada kalian.

JANGAN LUPA PASPOR DAN TIKET PESAWAT ANDA
(penulis: WANG JIAN XUAN).

Hidup ini hanya sementara, kalimat ini sedikitpun tidak salah.

Umur manusia walaupun berapa panjang, akhirnya akan meninggalkan dunia ini. Jadi manusia hidup didunia selama 70-80 tahun tidak ada bedanya dengan jalan-jalan ke Amerika selama 7-8 hari. Setelah tamasya akhirnya akan naik pesawat untuk pulang ke rumah di Taiwan.

Begitu juga Tuhan membiarkan kita bertamasya di dunia selama kira-kira 70-80 tahun kemudian akan pulang kembali ke rumah BAPA, yaitu surga. Surga indah tiada bandingnya, sedangkan dunia penuh dengan sengsara. Rumah Bapa sungguh-sungguh indah, percayakah ANDA?

Apabila anda percaya, anda adalah orang yang berbahagia karena anda telah memenangkan kematian/alam maut.

Jikalau pada suatu hari dokter berkata kepada anda, anda menderita tumor ganas dan hidup tidak lama lagi. Anda tidak akan merasa kaget dan takut, tetap dengan santai dan gembira berkata kepada dokter : “Terima kasih karena sudah memberitahukan kabar ini. Saya bisa segera kembali ke rumah Bapa, meninggalkan dunia yang fana ini”.

Pada saat saudara atau teman kita yang meninggal, kita juga tidak perlu terlalu berduka, karena masih akan dapat bertemu di rumah Bapa.

Berbicara mengenai tamasya ke luar negeri, saya hampir tiap tahun liburan musim semi bersama istri keliling dunia. Pada saat keluar negeri, hal yang paling penting adalah JANGAN LUPA PASPOR DAN TIKET PESAWAT. Tetapi ada juga orang yang terlalu ceroboh, pada saat akan kembali pulang tiba-tiba baru sadar kalau paspor dan tiket sudah hilang, sehingga dia
tidak bisa ikut rombongan pulang.

Saudara-saudara, pada hari dimana kita pulang ke rumah Bapa juga memerlukan paspor dan tiket, kalau tidak maka kita tidak akan bisa masuk ke rumah Bapa.

Tuhan Yesus berkata : Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui AKU. Inilah ticket dan Passport kita, bila kita menginginkan. Apa maksud -Melalui YESUS-? yang berarti : Roma 10:9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu bahwa ALLAH telah membangkitkan DIA dari antara orang mati, maka kamu akan di selamatkan.

Jadi percaya kepada TUHAN YESUS adalah paspor dan tiket kita utk masuk ke surga. Pada saat kita meninggalkan dunia, segala harta benda kekayaan tidak akan bisa kita bawa. Tetapi seringkali demi barang-barang yang tidak bisa dibawa itu, kita menghabiskan banyak tenaga dan pikiran, tapi demi hal hidup yang kekal, yaitu paspor dan tiket kita untuk pulang, kita sama sekali tidak peduli.

Kalau dipikirkan sangatlah tidak bijaksana.

Saya berharap kita semua menjadi orang yang bijaksana, sama sekali tidak pernah lupa paspor dan tiket untuk pulang ke rumah Bapa.

Share Button

Hari ini rasanya sungguh aneh. Yulia merasa dikelilingi oleh berbagai kejadian yang mirip antara satu dengan yang lainnya. Yulia teringat kejadian kemarin waktu dia pergi ke sebuah mal. Ketika sedang turun melalui tangga berjalan, di hadapannya terdapat seorang ibu dan anak perempuannya yang masih kecil. Ibu itu berdiri di depan, anaknya di belakang bersama seorang babysitter. Anak ini memegang kantong makanan ringan yang sudah dibuka di tangan kirinya. Agak kerepotan juga karena lengan kirinya dipegangi sang babysiter. Tangan kanannya berusaha memegangi kantong makanan ringan tersebut.

Ibunya kemudian menoleh ke belakang dan berkata:”Sini kantong makanannya, ibu bawakan. Biar tidak repot.” Anak itu ragu-ragu sejenak. Tapi setelah berpikir sebentar, dia mengulurkan tangannya sambil berkata:”Jangan dimakan!”. “Nggak”, kata ibunya. Anak itu percaya perkataan ibunya dan menyerahkan kantong makanannya. Tapi Yulia kaget ketika melihat sang ibu langsung mengambil dan memakannya. Anak kecil itu berteriak:”Jangan dimakan!”. Si ibu hanya tertawa.

Sesampainya di bawah, anak kecil tadi merebut kembali kantong makanan dari tangan ibunya sambil marah-marah. Yang membuat Yulia sedih, Yulia melihat ekspresi kekecewaan dalam diri anak tersebut. Janji ibunya yang dipercayainya, ternyata tidak ditepati.

Mungkin bagi sang ibu, kejadian itu dianggap lucu. Tapi bagi si anak, hatinya luka dan kecewa. Apa arti sebuah janji kalau tidak bisa dipercaya? Kalau lain kali ibunya berjanji seperti itu lagi, apakah anaknya bisa percaya?

Ingkar janji

Yulia teringat ketika dia dulu masih kecil. Kebetulan Yulia senang ilmu bela diri. Yulia memiliki seorang paman yang sangat baik. Suatu kali pamannya ini membicarakan ilmu bela diri Yulia. Pamannya kemudian ingin mengukur kekuatan pukulan Yulia. Beliau meminta agar
Yulia memukul lututnya. Yulia menolak karena tidak ingin menyakiti lutut pamannya. Tapi pamannya meyakinkannya bahwa beliau tidak akan sakit.

Dari bimbang, akhirnya Yulia percaya penuh pada pamannya. Dia pun mengepalkan tinjunya yang kecil dan memukul lutut pamannya dengan keras. Tepat pada saat tinjunya hampir mengenai lutut sang paman, beliau menggerakkan lututnya dan menghindar. Kepalan tangan Yulia membentur pinggiran kursi yang terbuat dari kayu. Sakitnya bukan kepalang. Tapi, yang lebih sakit lagi adalah hatinya. Yulia sangat kecewa karena pamannya ternyata menipunya. Dia sudah menaruh kepercayaan penuh pada pamannya, tapi sang paman mengkhianatinya. Tapi pamannya terus tertawa karena menganggap kejadian itu lucu. Sungguh menyakitkan hati.

Rina, rekan kerja di ruang sebelah juga sedang menggerutu. Rina sudah lama berteman dengan Meri. Kemarin Meri pindah rumah. Rina yang sudah pernah merasakan repotnya pindah rumah berniat membantu Meri. Karena itu Rina mengatakan agar Meri tidak perlu khawatir. Rina pasti akan membantunya membereskan barang-barang di rumah barunya. Tapi kemarin Rina sibuk sekali di kantor. Karena itu, sorenya Rina malas ke rumah Meri. Ternyata Meri menelepon dan menanyakan mengapa Rina tidak datang. Meri menagih janji Rina.

Tapi rupanya Rina tidak suka. Memangnya saya berutang pada Meri?
Katanya. Yulia menjawab :”Janji adalah utang.”

Ferdi tadi menelepon. Dulu Ferdi bekerja di kantor tempat Yulia bekerja. Sudah dua tahun dia di sana. Kemudian dia pindah bekerja di perusahaan lain. Baru dua minggu dia bekerja di perusahaan yang baru itu. Ketika akan masuk kerja, dia dijanjikan mobil dan jabatan yang tinggi. Tentu saja Ferdi senang sekali bekerja di perusahaan tersebut.

Tapi ternyata fasilitas yang sudah dijanjikan tidak sesuai. Tak ada mobil. Ketika Ferdi menagih ke atasannya sesuai janjinya, malah beliau tersinggung. Katanya, dia kan tidak berutang apa-apa? Lagipula belum kelihatan hasil kerjanya kok minta mobil. Kalau ternyata perusahaan berat memberikan mobil, mengapa dulu begitu mudah mengucapkan janji? Bukankah janji adalah utang?

Di bagian penjualan, pagi tadi ada pelanggan yang marah-marah karena salah seorang karyawan berjanji akan datang pukul sembilan sambil membawakan formulir pesanan, ternyata hingga dua hari dia tidak muncul. Ada juga yang marah-marah karena bagian penjualan berjanji akan menelepon sepuluh menit lagi, eh ternyata sudah satu jam tidak juga menelepon. Padahal orang tersebut sudah menunggu di samping pesawat telepon.

Hari ini Yulia belajar sesuatu. Sebagian orang sangat meremehkan janji. Padahal janji adalah utang yang harus ditepati. Yulia berniat tidak akan terlalu mudah mengucapkan janji. Dia sadar kadang-kadang janji diucapkan hanya untuk menunjukkan pada orang lain bahwa dia baik. Tapi Yulia diingatkan, bukan janji yang membuat orang kagum pada kita. Tapi menepati janji yang pernah diucapkan jauh lebih berharga. “Janji adalah utang”. Keep your promise!

Share Button

Next Page »